
“There is no investment in Israel more vital than an investment in the children.” (Israel Children Centre)
Fenomena   barbarisme dalam bangsa Yahudi tidak terlepas dari pendidikan Zionisme   yang telah mereka tanamkan kepada anak sejak kecil. Yury Ivanof dalam   bukunya yang berjudul "Hati-Hati Zionisme" menulis bahwa ajaran   kekejaman, kekerasan dan kebiadaban dalam Talmud sudah diajarkan ke   anak-anak sejak balita. Para orangtua pun tidak segan-segan menanamkan   prinsip mendasar pada anak-anak seperti tindak penindasan, pembunuhan   dan terorisme adalah sah dan sangat dianjurkan dalam agama Yahudi.   Selain orang Yahudi berhak untuk dibunuh, ini adalah perintah suci untuk   bangsa Yahudi.
“Hanya orang-orang Yahudi yang manusia, sedangkan orang-orang non Yahudi bukanlah manusia, melainkan binatang.” (Kerithuth 6b hal.78, Jebhammoth 61a)
“Orang-orang non-Yahudi harus dijauhi, bahkan lebih daripada babi yang sakit.” (Orach Chaiim 57, 6a)
Namun   dibalik itu semua, kunci penanaman nilai Zionisme kepada seorang anak   adalah sebuah doktrin wajib bagi orang tua. Dalam Talmud, pengabaian   pendidikan agama (baca: Zionisme) oleh orangtua adalah sebuah tindakan   yang tercela.
“Menyangkal pengetahuan agama (sama dengan) merampas anak anak dari warisan.” (Talmud Sanhedrin 91b)
Maka itu betul kata C. Robb, “When you into the eyes your children, you can see the future of Israel”. Yahudi   sadar betul bahwa pendidikan anak adalah keniscyaan bagi perlawanan   selanjutnya kepada bangsa non Yahudi dan sebuah ideologi yang akan   menghasilkan bibit-bibit baru.
Berdasarkan   penelitian Dr. Wail al-Qodhi, bahwa materi pelajaran Sejarah, Geografi   dan Bahasa Ibrani selalu menggunakan pendekatan ajaran Talmud, yaitu   terorisme dan kekerasan. Anak-anak Yahudi pun sejak kecil sudah   diajarkan, bahwa seorang Yahudi apabila menikah dengan Non Yahudi   hukumnya tidak sah. Karena dalam ajaran Talmud wanita Non Yahudi   dianggap sebagai binatang piaraan.
Dalam   bahasa Talmud, maka wanita non Yahudi akan disebut dengan istilah   Shiksa. Shiksa sendiri adalah kata turunan dari kata Ibrani "shegitz"   yang mengacu pada bangkai babi. Oleh sebab itu, tak heran jika seorang   anak kecil Yahudi di Israel pernah tertangkap kamera sedang menendang   seorang ibu muslimah sebagai bentuk indoktrinasi Talmud dalam otaknya.

Bukti   untuk memperkuat temuan itu adalah sebuah survei yang diadakan Ary   Syerabi, mantan perwira dari Satuan Anti Teror Israel, terhadap 84   anak-anak Israel usia sekolah dasar, saat dia bergabung dengan London   Institute for Economic Studies. Dari survey ini tampaknya kita akan   melihat betapa mereka memang sudah bersiap untuk bertempur melawan kita   (baca: umat muslim)
Ketika   itu Ary Syerabi ingin mengetahui perasaan apa yang ada di dalam benak   anak-anak Israel terhadap anak-anak Palestina sebaya mereka yang   sesungguhnya. Kepada anak-anak Israel itu, Ary memberikan sehelai kertas   dan pensil, lalu kepada mereka Ary berkata, “Tulislah surat buat anak-anak Palestina, surat itu akan kami sampaikan pada mereka.”
Hasilnya   sangat mengagetkan. Anak-anak Israel yang menyangka suratnya   benar-benar dikirim kepada anak-anak Palestina menulis surat mereka   dengan sebenar-benarnya, keluar dari hati terdalam. Salah satu surat   ditulis oleh seorang anak perempuan Israel berusia 8 tahun. Ia mengaku   menulis surat kepada anak perempuan Palestina seusianya. Isi suratnya   antara lain:
“Sharon   (PM. Israel, red.) akan membunuh kalian dan semua penduduk kampung dan   membakar jari-jari kalian dengan api. Keluarlah dari dekat rumah kami,   wahai monyet betina. Kenapa kalian tidak kembali ke (tempat) dari mana   kalian datang? Kenapa kalian mau mencuri tanah dan rumah kami? Saya   mempersembahkan untukmu gambar (ini) supaya kamu tahu apa yang akan   dilakukan Sharon pada kalian…ha…ha…”
Menurut Dr. Wail Al Qadhi setidaknya ada 5 tujuan terselubung dalam pendidikan yang di ajarkan Yahudi terhadap anak-anak, yaitu:
1.   Tercapainya keyakinan mutlak pada anak-anak bahwa bangsa Yahudi adalah   bangsa pilihan dan mempunyai hak penuh atas tanah Israel.
2.   Mewujudkan generasi yang benci terhadap bangsa Arab dan Islam dengan   cara brutal, sadis dan teroris serta memperluas wilayah Israel dengan   cara merampas dan merampok.
3.   Memperjelas dan memberikan pemahaman pada anak-anak, orang Yahudi akan   menjadi musuh bersama non Yahudi, dan tidak akan ada yang menolong   Bangsa Yahudi kecuali orang Yahudi itu sendiri.
4. Mewujudkan generasi yang saling menolong dan melingdungi hanya untuk sesama Yahudi dan untuk non Yahudi berlaku sebaliknya.
5.   Terbentuknya generasi yang bangga sebagai bangsa Yahudi, kaum termulia   dari umat lainnya (sya'bu mukhtar), bangsa yang mendapat kehormatan   mendapat "tanah yang dijanjikan" (al-ardhu al-mau'udah), dan sebagai   bangsa pilihan yang mempunyai kelebihan dan keistimewaan.

Media   Barat sering menggembar-gemborkan bagaimana kurikulum sekolah di   Palestina kerap mengajarkan kebencian mereka kepada Israel, tanpa mereka   melakukan kritik serupa kepada orangtua Israel yang mendoktrinasi   anak-anaknya yang menyatakan bahwa anak-anak Palestina lebih buruk dari   najis.
Mereka   juga mensinyalir ajaran Jihad sebagai pemicu rusaknya perdamaian  antara  Israel dan Palestina, tanpa menunjuk hidung mereka sendiri  dimana tidak  ada ajaran yang lebih biadab dari Zionisme yang menyatakan  selain  golongannya lebih daripada babi yang sakit.
Inilah yang dilakukan oleh Arlene Khusner, seorang Jurnalis Israel, yang pernah menulis “Texts of Hate” pada   tahun 2008 yang menyerang ajaran kekerasan dalam Al Qur’an sebagai   “pihak tertuduh” dibalik kebencian anak Palestina kepada rezim Zionis.   Atau juga tulisan "Hamas Steals Mickey Mouse Image to Teach Hate and Islamic Supremacy,"   pada tahun 2007 yang ditulis oleh dua agen Israel Itamar Marcus and   Barbara Crook yang mengkritik tayangan Televisi Hamas (Aqsa TV).
Hamas   memakai serial anak Mickey Mouse untuk mendoktrin Jihad para anak   Palestina dan meyakinkan Islam akan menguasai dunia. “Rafah Sings oh..os   its answer is AK 47,” ya bunyi yang dilantunkan Mickey Mouse ala Hamas   di Aqsa TV itu
Kini   yang mengkhawatirkan adalah penyebaran doktrinasi Talmud kepada   anak-anak tidak saja terjadi di Israel, tapi juga meluas ke dataran   Asia, seperti Korea Selatan. Kantor Berita YNET, melaporkan bahwa hampir   setiap rumah di Korea Selatan sekarang berisi Talmud terjemahan Korea.   ibu-ibu di Korea sudah mulai mengajarkan Talmud kepada anak-anak  mereka.
Dalam   sebuah negara hampir 49 juta orang yang percaya pada ajaran Buddha dan   Kristen, ada lebih banyak orang yang membaca Talmud - atau setidaknya   memiliki salinan mereka sendiri di rumah - lebih dari di negara Yahudi.   Bahkan lebih. Inikah meman tanda-tanda akhir zaman dimana nantinya  dunia  terbelah menjadi dua: antara kaum kafir dan umat muslim.  Wallahua’lamSumber
 
 



 
 
 
 





 
0 komentar:
Posting Komentar