Pemerintah   Pakistan boleh merasa tersinggung ketika mengetahui militer AS   melakukan operasi militer di wilayahnya untuk membunuh Usamah bin Ladin.    Tapi Pakistan sudah memberi keleluasaan pada AS untuk membunuh Bin   Ladin dengan cara operasi militer,  lewat kesepakatan rahasia yang   dibuat sejak 10 tahun yang lalu.
  Surat kabar Inggris Guardian mengungkap kesepakatan rahasia ini dalam artikel yang dimuat di situsnya pada Senin (9/5). Menurut Guardian,   Jenderal Pervez Musharraf yang ketika itu masih memimpin Angkatan   Bersenjata Pakistan melakukan kesepakatan rahasia dengan Presiden Bush   George W. Bush, setelah Bin Ladin berhasil meloloskan diri dari sergapan   pasukan AS di pegunungan Tora Bora pada akhir tahun 2001.
Surat kabar Inggris Guardian mengungkap kesepakatan rahasia ini dalam artikel yang dimuat di situsnya pada Senin (9/5). Menurut Guardian,   Jenderal Pervez Musharraf yang ketika itu masih memimpin Angkatan   Bersenjata Pakistan melakukan kesepakatan rahasia dengan Presiden Bush   George W. Bush, setelah Bin Ladin berhasil meloloskan diri dari sergapan   pasukan AS di pegunungan Tora Bora pada akhir tahun 2001.Guardian  mendapatkan keterangan itu dari sumber-sumber di  kemiliteran Pakistan,  baik yang sudah pensiun maupun yang masih aktif,  serta dari sejumlah  pejabat pemerintah AS.
 Berdasarkan  kesepakatan tersebut, Pakistan mengizinkan pasukan AS  melakukan  operasi militer sepihak ke wilayah Pakistan untuk mencari dan  menemukan  Usamah bin Ladin,  Ayman Al-Zawahri--deputi Bin Ladin-serta  orang  penting ketiga di Al-Qaida, yang namanya tidak disebutkan.  Berdasarkan  kesepakatan itu, Pakistan akan pura-pura memprotes  habis-habisan  operasi militer AS itu.
 "Ada  perjanjian antara Bush dan Musharraf bahwa, jika kami mengetahui   keberadaan Usamah, kami akan datang dan menangkapnya, lalu Pakistan   akan marah dan berduka, tapi mereka tidak akan menghentikan kami," kata   seorang mantan pejabat senior pemerintah AS yang mengetahui   operasi-operasi antiterorisme yang dilakukan AS.
 Laporan surat kabar Guardian ini  memang sesuai dengan  situasi yang terjadi di dalam negeri Pakistan  setelah mendengar kabar  tewasnya Usamah bin Ladin oleh pasukan elit AS  pada Senin (2/5).
 Para  pejabat Pakistan mengaku tidak tahu apa-apa tentang penyerbuan  pasukan  AS ke lokasi yang diklaim sebagai tempat persembunyian Bin  Ladin.  Mereka juga mengecam keras tindakan AS itu. Perdana Menteri  Pakistan  Yousaf Raza Gilani di hadapan parlemen bahkan menegaskan bahwa  Pakistan  berhak melakukan aksi pembalasan dengan kekuatan penuh, jika  militer  AS melakukan serangan lagi ke wilayah Pakistan.
 Sementara  Musharraf, yang sekarang memimpin partai oposisi dari  tempat  pengasingannya di London, tiba-tiba bersuara keras mengkritik   penyerbuan AS itu dan menyebutnya sebagai "pelanggaran terhadap   kedaulatan negara Pakistan."
 Seorang  mantan pejabat AS mengatakan, protes Pakistan terkait  tewasnya Bin  Ladin di tangan pasukan AS semata-mata hanya bagian dari  kesepakatan  rahasia tersebut.
 Sementara  itu, pemerintahan Barack Obama menuding bahwa ada elemen  dalam  pemerintahan dan badan intelijen Pakistan yang selama ini  melindungin  Bin Ladin dan AS akan melakukan investigasi terhadap  Pakistan.
 Namun  Perdana Menteri Pakistan menolak tudingan itu. "Kami tidak  mengundang  Usama bin Ladin ke Pakistan," tukasnya. Ia juga menyatakan  bahwa  militer Pakistan sudah melakukan penyelidikan bagaimana Bin Ladin  bisa  bersembunyi sekian lama di Pakistan.
 Entahlah,  apakah pernyataan PM Pakistan itu memang benar adanya, atau  cuma  bagian skenario "sinetron Usamah bin Ladin" yang diperankan AS dan   Pakistan. (ln/guardian)
 
 












































 
 
 
 





