Teka-teki  itu terjawab. Selama ini menjadi sangat sulit memahami.  Kemana arah  gerakan yang mengusung ideologi plurasime? Para penganut  ideologi  pluralisme itu mula-mula hanya menginginkan kebebasan beragama.  Mereka  menuntut setiap paham agama itu, diberi ruang hidup secara bebas  di  Indonesia. Tidak ada restriksi atau pembatasan. Termasuk adanya   undang-undang yang mengatur keberadaan agama di Indonesia.
Gerakan  yang mendapatkan dukungan media massa, lembaga swadaya  internsional,  dan pemerintahan Barat, berusaha dengan sangat gigih,  memperjuangkan  paham pluralisme di Indonesia. Mereka menggunakan segala  kemampuan dan  kekuataan yang mereka miliki, agar paham pluralisme itu  eksis, dan  kemudian mereduksi agama mayoritas di Indoensia, yaitu Islam.
Makanya,  mereka berlindung dibalik baju pemerintah yang sekarang  sedang  getol-getolnya memerangi  "terorisme". Mereka - penganut  pluralisme  sekarang meniupkan dengan sangat keras tentang ancaman  radikalisme,  ekstrimisme, dan fundamentalisme. Kaum pluralis dengan  menggunakan  media yang ada, terus melakukan kampanye tentang ide-ide  kotor, yang  ingin mereduksi secara total nilai-nilai Islam dalam  kehidupan kaum  Muslimin.
Tetapi,  sekarang semua menjadi sangat terang benderang, para  pengusung gerakan  pluralisme itu, hanyalah alat, dan menjadi "brokers",  yang tujuannya  hanyalah untuk melegalkan agama dan komunitas Yahudi di  Indonesia.  Mereka menginginkan agar pemerintah melegalkan agama dan  komunitas  Yahudi Indonesia. Di mana selama ini, aktivitas mereka  tertutup, dan  selalu menggunakan berbagai  "cover" untuk menutupi  gerakan mereka.
Gerakan  pluralisme yang menginginkan pemerintah memberikan pengakuan  dan hak  yang sama setiap agama, hanyalah "prolog" (mukaddimah) dari  gerakan  yang lebih besar, yang tujuannya ingin menjadikan agama Yahudi  dan para  pengikutnya di Indonesia menjadi legal. Dengan semakin  mencairnya  sikap umat Islam terhadap berbagai ideologi dan agama, maka  itu menjadi  peluang akan legalisasi terhadap agama Yahudi dan para  pendukungnya di  Indonesia.
Gerakan  pluralisme itu, sudah menyusup ke seluruh Ormas Islam, dan  ada  tokohnya, yang memperjuangkan secara permanen dan terus menerus  paham  dan ideologi pluralisme itu. Gerakan ini mendapatkan angin saat   Abdurrahman Wahid menjadi presiden, dan dilanjutkan oleh "Wahid   Institute", yang terus menggelorakan tentang pluralisme di Indonesia.
Esensi  gerakan pluralisme itu, bukan hanya ingin mereduksi agama  Islam,  tetapi gerakan ini juga ingin menjadikan agama Yahudi sebagai  "centrum"  (pusat) dari semua agama, karena pandangan agama Yahudi, yang  sangat  rasis. Dengan menelanjangi agama Islam, dan dengan ide-ide semua  agama  sama, kebebasan agama, dan toleransi agama, maka dititik inilah  masuk  agama Yahudi dan para pengikutnya, dan kemudian melakukan kooptasi   terhadap semua agama dan ideologi yang ada di Indonesia.
Sekarang  langkah-langkah deterent dan deideologisasi, khususnya  terhadap paham  agama, khususnya Islam, karena Islam akan menjadi batu  sandungan bagi  masuknya agama Yahudi di Indonesia. Mereka menggunakan  'trik-trik'  politik, yang akan membuat kalangan pemeluk Islam kehilangan  sikap  "sajaah" (keberanian) untuk menyatakan dirinya sebagai Muslim.  "Isyhadu  bi anna muslimin" mereka lucuti dengan sederet isu yang sengaja  mereka  semburkan. Teroris, ekstrimis, fundamentalis, dan radikal.  Dengan  gempuran yang mereka lakukan melalui media itu, mentalistas umat  Islam  menjadi ciut nyalinya, dan kemudian mereka melenggang untuk  mendirikan  agama Yahudi di Indonesia.
Sabtu  depan, 14 Mei, 2011, rencananya akan berlangsung peringatan  ulang  tahun atau peringatan hari kemerdekaan Israel di Jakarta.  Bagaimana ini  bisa terjadi? Bagaimana ini bisa berlangsung di negeri  yang mayoritas  penduduk beragama Islam?
Sementara  itu, Israel berdiri menjadi sebuah negara, tak lain melalui   pengusiran, penghancuran, dan pembunuhan terhadap rakyat Palestina.   Berulang kali terjadi pembantaian terhadap rakyat Palestina. Jumlahnya   tidak sedikit. Mereka yang tewas dibunuh milisi Yahudi di Palestina.   Jutaan orang yang  diusir ke negara-negara lain, dan tanah kelahiran   mereka dirampas. Kemudian, diduduki dan dijadikan negara yang bernama   Israel. Terakhir umat Islam disuguhi Israel sebuah episode tragedi   kemanusiaan yang tiada taranya, yaitu berlangsungya genoside terhadap   muslim Palestina Gaza, saat invasi militer Israel terhadap Gaza, bulan   Januari 2010.
Hari-hari  ini, rakyat Mesir, Jordania, Suriah, dan Arab lainnya,  sedang  mempersiapkan peringatan "Nakba", peringatan yang memperingati   pengusiran dan pembantaian yang dilakukan Yahudi di Palestina. Israel   juga secara sistematis berusaha menghancurkan Masjidil Aqsha, dan   menggali torowongan di bawahnya. Kejahatan yang dilakukan Israel tidak   akan pernah berhenti terhadap rakyat Palestina. Kejahatan yang tiada   taranya, yang hanya bisa disamai oleh Hitler.
Selama  ini, kaum Muslimin hanya menjadi objek dan tertuduh sebagai  teroris,  fundamentalis, ekstrimis, pelaku kekerasan. Tetapi,  kenyataannya umat  Islam yang selalu menjadi korban kaum rasis  Yahudi-Israel. Mereka terus  berkampanye bahwa umat Islam itu selalu  diidentikkan dengan pelaku  kekerasan. Tetapi, sejatinya sejak dahulu  kala, sampai yang paling  banyak membunuh ummat Islam adalah kaum Yahudi  dan Nasrani.
Mengapa  umat Islam berdiam diri membiarkan dirinya terus menerus  didzalimi  secara kejam oleh mereka yang selalu meneriakkan pluralisme,  kebebasan  beragama, toleransi agama, inklusivisme. Mereka itu sejatinya  gerakan  yang haus darah umat  Islam. Di mana saja mereka menumpahkan  darah umat  Islam dengan menggunakan tangan orang lain. Tak layak orang  beradab  memperingati kemerdekaan Israel. Wallahu'alam.

 
 



 
 
 
 





 
0 komentar:
Posting Komentar