Di permukaan "Freemasonry" membangun citra sebagai gerakan moral dengan membentuk antara lain gerakan 'theosofi' yang berkembang menjadi quasi-agama, serta gerakan kontradiksinya 'the Freethinkers' ("Pemikir Bebas"), yang secara jelas menyatakan diri sebagai gerakan atheisme (di Hindia Belanda theosofie masuk pada tahun 1901, demikianjuga gerakan de vrijdenkers, bersamaan dengan masuknya Sneevliet yang membawa paham komunis). Pendirian berbagai organisasi pro-bono tersebut bertujuan untuk mengobok obok landasan moral masyarakat, melakukan penyebaran pemikiran yang bertujuan untuk mengacaukan Aqidah, dan dengan itu menimbulkan konflik-konflik di dalam masyarakat. Untuk menutupi tujuan itu, "Freemasonry" di kemudian hari mendirikan perkumpulan yang berselubungkan sebagai klub charitas eksklusif seperti the Rotary Club, the Lions, serta LSM-LSM yang bergerak di bidang politik, hukum, serta lingkungan hiclup, dan sebagainya.
“Kebangkitan Nasional” berdengung disekitar pendengaran kita. Menurut buku pelajaran dari SD hingga SMA, pada tanggal 20 Mei 1908 telah terjadi suatu pergerakan menuju awal gerakan nasional dalam mengatasi penjajahan di bumi Indonesia yang dipromotori oleh mahasiswa-mahaiswa STOVIA yang biasa disebut dengan “Budi Utomo”. Dr. Sutomo pun di daulat menjadi salah satu “pengisi” awal dari pergerakan Budi Utomo. Dari SD sampai SMA bahkan mungkin perguruan tinggi kita sudah di doktrin tentang kedahsyatan hari yang disebut kebangkitan nasional ini yang selalu menjadi titik awal kaum terpelajar di Indonesia.
Kita bahkan tidak mengetahui atau bahkan tak acuh tentang bagaimana sejatinya pergerakan Budi Utomo ini. Budi Utomo merupakan pergerakan yang menurut fakta sejarah sejatinya masih bersifat sangat kedaerahan, belum mencakup tingkat nasional dan bahkan masih berada di dalam taraf kelokalan.
Gerakan ini ternyata menyimpan sebuah tabir misteri yang berkaitan dengan sebuah organisasi rahasia Yahudi Internasional di bawah pendudukan Belanda yang disebut dengan organisasi Freemason (Tarekat Mason Bebas) atau yang dikenal pada waktu penjajahan Belanda disebut dengan “Vrijmetselarrij”. Fakta ini jarang sekali diungkap kedalam ranah pendidikan nasional karena memang sangat dirahasiakan sekali usaha dari organisasi terselubung ini.
Di dalam buku “Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962” dijelaskan dengan gamblang bagaimana campur tangan freemasonry terhadap Budi Utomo dalam kaitanya menyebarluaskan faham keyahudian di dalam tubuh budi Utomo ini. Kita dapat lihat pada kutipan berikut ini
“…pengaruh Tarekat Mason Bebas atas emansipasi segmen penduduk Indo-Eropa telah mendapat perhatian , tidaklah terlupakan bahwa mereka juga mempunyai pengaruh dalam gerakan nasional Indonesia. Kaum Mason Bebas sudah pada tahap dini mengadakan hubungan dengan salah satu organisasi politik Indonesia yang pertama, yang bernama ‘’Budi Utomo’’ ”. (Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. xviii).
Hamengku Buwono VIII - Mengkunegaran VII - Paku Alam VIII - Pakubowono VIII - Residen Surakarta Sekilas mereka memakai seragam yg banyak kemiripan dgn seragam para pejabat Belanda yg rata rata anggota Freemason, apakah ini suatu kebetulan?
Pada awal masa gerakan nasional kaum Mason bebas sudah berusaha menguasai perpolitikan Indonesia dengan cara sokongan keuangan bagi mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang berbakat. Kehebatan kaum Mason Bebas di Indonesia ini pada kemudian hari tampak pada pendirian sekolah-sekolah dan perpustakaan yang tersebar hamper diseluruh Indonesia, kita dapat lihat lokasi-lokasi dan waktu berdirinya sekolah-sekolah bentukan kaum Freemason ini :
- 1875 di Semarang
- 1879 di Batavia
- 1885 di Yogyakarta, dua sekolah
- 1887 di Surakarta dan Magelang
- 1888 di Buitenzorg (Bogor)
- 1889 di Padang dan Probolinggo
- 1892 di Semarang, sekolah kedua
- 1897 di tegal
- 1898 di Bandung dan Manado
- 1899 di Aceh
- 1900 di Malang
- 1903 di Malang, sekolah kedua
- 1905 di Bandung, sekolah kedua
- 1907 di Blitar
- 1908 di Surabaya
- 1900 di Padang, Magelang (sekolah kedua) dan Medan, Makssar, Kediri
- 1926 di Malang, sekolah ketiga
- 1878 di Yogya 1879 di Surabaya
- 1882 di Salatiga
- 1889 di Probolinggo
- 1890 di Buitenzorg (Bogor)
- 1891 di Bandung
- 1892 di Menado
- 1895 di Manado
- 1897 di Tegal
- 1899 di Medan
- 1902 di Ambon
- 1902 di Malang
- 1908 di Magelang
- 1907 di Blitar
“ .....Tarekat Mason Bebas…”melalui perantaraan Paku Alam”, memberikan bantuan kepada “Budi Utomo”. Loge Jogya “Mataram” ia sebut sebagai suatu lembaga yang berbakti dan pantas dihormati”. (Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. 48).
Beberapa tokoh Indonesia yang menjadi member Budi Utomo juga sejatinya merupakan aktifis dari Tarekat Mason Bebas ini, kita dapat lihat seperti Pangeran Arionotodirojo (1858-1917). Masuk keanggotaan loge Mataram pada tahun 1887 dan memegang berbagai jabatan kepengurusan. Ia ketua Boedi Oetomo antara tahun 1911-1914. pada tahun 1913 ia mendirikan Sarekat Islam Cabang Yogya yang banyak beranggotakan elit Jawa. Notodirojo seorang yang disegani dan dianggap sebaga pergerakan rakyat Jawa, selanjutya kita temukan Raden Adipati Tirto Koesoemo Bupati Karanganyar. Anggota Loge Mataram sejak tahun 1895. ketua pertama Boedi Oetomo. Pada kongres ke dua Boedi oetomo, yang diadakan di gedung Loge Mataram, ia mengusulkan pemakaian Bahasa Melayu, mendahului Sumpah Pemuda.
Dan tokoh yang dipanggil menhadap Marsekal Terauchi ke kota Saigon bersama Ir. Sukarno dalam kaitanya dengan kemerdekaan Indonesia, yaitu Dr. Radjiman Wediodipoera (Wediodiningrat) 1879-1952. Antara tahun 1906 dan 1936 dokter pada keraton Solo. Sarjana dan penulis mengenai falsafah budaya. Pejabat ketua Boedi Oetomo 1914-1915. pada tahun 1945 memainkan peranan penting sebagai ketua dari Badan Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Sebenarnya gerakan kebangkitan nasional versi Budi Utomo ini lebih dapat disebut sebagai usaha bercokolnya Yahudi di Indonesia melalui selubung kaum Freemason atau Tarekat Mason Bebas, karena kita juga dapat temui komunitas Yahudi di Indonesia.
Jika Yahudi pra kemerdekaan yang tergabung di dalam Freemason itu hengkang setelah keputusan Presiden pertama Ir. Sukarno tentang organisasi terlarang Freemason (dan organisasi terselubung lainnya seperti Rotary Club dan Lions Club), ternyata di kemudian hari Freemason dan Yahudi ini kembali eksis setelah sembunyi-sembunyi.
Modus operandi mereka mengaku sebagai keturunan Arab, umat awam pasti akan terkecoh karena Yahudi dan Arab dalam segi fisik tak jauh berbeda. Bukti eksisnya Yahudi ini dapat kita telusuri. Contoh paling mudah tentang eksisnya Yahudi serta Sinagognya yang sampai detik ini masih eksis berdiri karena dipertahankan sebagai Cagar Budaya, dapat kita lihat pada daerah Surabaya, tepatnya Jalan Kayon no. 4 Surabaya, utara Delta Plaza Surabaya saat ini, di daerah Gubeng, seperti tampak pada foto di bawah ini :
0 komentar:
Posting Komentar