SlideShow
"MY PET: SPIDERREV"
0
Sedih, hanya hal itulah yang kurasakan saat ini. Sebuah rasa sakit yang sangat dalam merasuk kedalam jiwaku. Waktu masih menunjukkan pukul 04.30 WIB. Masih cukup pagi, namun aku telah berdiri di depan rumahku tercinta. Kupandangi sejenak, kuperhatikan setiap sudut-sudut dan lekuk rumahku. Hatiku berkecamuk dan berdebar tak menentu. Hingga sebuah klakson mobil berbunyi, dan aku segera tersadar. Segera kuberbisik pelan pada rumah yang menjadi tempatku tinggal selama bertahun-tahun. Kemudian aku pun masuk kedalam mobil dan segera pergi dari tempat itu. Di dalam mobil kulihat Ayah, Ibu, dan Adikku terdiam. Sesekali Orang Tua ku berbicara mengenai tempat yang akan kami tuju. Ya, kami akan pindah rumah. Padahal aku sudah merasa cukup nyaman berada di tempat yang sekarang ini. Begitu tenang dan damai. Banyak kenangan-kenangan indah yang tak bisa kulupakan. Sementara pikiranku melayang bernostalgia tak terasa Bandara sudah dekat. Aku segera mengambil Handphone ku dan mulai menulis SMS perpisahan kepada sahabat-sahabat ku. Terus kuluapkan emosiku dalam SMS itu, hingga tanpa terasa air mata ini mengalir. namun segera aku hapus air mata itu, karena aku tidak ingin menunjukkan kesedihan ku kepada keluargaku. Sungguh berat rasanya meninggalkan semua sahabat yang susah payah kudapatkan.
Hingga akhirnya mobil berhenti di bandara. Aku pun turun dan segera mengemasi barang. Wah, hampir saja lupa. Aku bernama Dion. Umurku 15 Tahun, dan aku akan meneruskan sekolahku ke kelas 10 SMA. Aku baru saja pindah dari sebuah kota di Jawa Tengah ke sebuah kota yang sangat berjauhan dengan kotaku yang dulu, yaitu di Kalimantan Selatan. Aku sebenarnya tidak ingin pindah, namun Ayahku dipindah tugaskan ke kota itu. Mau tidak mau, kami sekeluarga harus pindah semua. Aku terus terdiam, dan memutar kembali memori-memori indah di masa lalu. Terkadang aku bepikir, walaupun aku akan selalu mengingat mereka yang ada disana, apakah mereka akan mengingatku? Akankah mereka mencari pengganti diriku? Aku saat itu benar-benar frustasi. Tanap terasa kami sudah mendarat dan tiba dikta tujuan kami di Kalimantan Selatan.
Aku benar-benar bingung, cemas, serta takut. Bagaimana dengan teman-teman yang akan kutemui nanti? Apakah mereka bisa menerimaku? Apakah aku akan mendapatkan teman? ApPakah budaya disana sama dengan didaerahku? Apakah aku bisa beradaptasi dengan baik? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui ku. Belum lagi dengan sekolah baruku. Apa aku bisa hidup dilingkungan baru ini? Maklum saja, aku bukanlah anak yang pandai bergaul. Aku hanyalah anak culun yang terlihat lemah di hadapan orang lain.
Aku sampai dirumah baruku. Sebenarnya tidak terlalu buruk, walaupun agak kecil, namun aku maklum saja, karena ini adalh rumah dinas. "Dion, angkat barang-baranmu dan taruh dikamar." Ujar ayahku. "Baik yah." Sahutku. Aku mengangkat barang-barangku dari mobil dan segera menyusunnya dikamarku. Hal pertama yang kupikirkan saat itu adalah PANAS! Aku berkeringat luar biasa saat berada dikamar itu. Benar-benar seperti neraka dunia. Aku pun mencoba beristirahat dan menyimpan energiku, karena, waktu libur yang tersisa hanya tinggal satu minggu, dan aku harus mendaftar di Sekolah baruku besok untuk penerimaan Murid Baru. "Jangan lupa besok pagi kita ke SMAN XX untuk mendaftar." Ujar ayahku. Aku mengangguk dan segera tidur karena aku sudah sangat letih. Tak terasa waktu berlalu, tiba saatnya aku harus pergi untuk mendaftar sebagai murid baru. "Semoga aku lulus.." Gumamku dalam hati. Aku memang tidak terlalu pintar disekolahku dulu. Tentu saja aku merasa was-was karena nilai ternyata sangat berpengaruh disekolah ini untuk mendaftar sebagai murid baru.
Tibalah hari pengumuman penerimaan siswa baru, ternyata aku diterima disekolah itu! Bahkan, urutan nilaiku tertinggi ke 17.. Aku heran melihatnya, padahal setahuku aku termasuk orang yang tidak pintar disekolahku dulu. "Hebat juga kamu bisa masuk dengan urutan 17." Ujar ayahku. Aku mengangguk, dengan senyum mengembang. Aku merasa seperti bisa membuktikan kalau aku sebenarnya bukan anak bodoh. "Besok kita beli perlengkapan sekolah, karena hari jum'at kamu kan sudah MOS." Kata ayahku. "Hah?! MOS?!" Ujarku agak terkejut. Sudah terbayang dikelasku betapa mengerikannya MOS yang akan kuhadapi nanti. Aku segera lemas mendengarnya. Rasa cemas langsung menyelubungiku. Apa yang akan terjadi disaat MOS nanti? Pasti aku akan bernasib sial disaat itu. Malamnya, aku tidak bisa tidur memikirkannya.Selalu terbayang-bayang akan kejamnya MOS yang akan kuhadapi nanti..
Next
Curse Of Love - Selamat Datang Cinta 1
Sedih, hanya hal itulah yang kurasakan saat ini. Sebuah rasa sakit yang sangat dalam merasuk kedalam jiwaku. Waktu masih menunjukkan pukul 04.30 WIB. Masih cukup pagi, namun aku telah berdiri di depan rumahku tercinta. Kupandangi sejenak, kuperhatikan setiap sudut-sudut dan lekuk rumahku. Hatiku berkecamuk dan berdebar tak menentu. Hingga sebuah klakson mobil berbunyi, dan aku segera tersadar. Segera kuberbisik pelan pada rumah yang menjadi tempatku tinggal selama bertahun-tahun. Kemudian aku pun masuk kedalam mobil dan segera pergi dari tempat itu. Di dalam mobil kulihat Ayah, Ibu, dan Adikku terdiam. Sesekali Orang Tua ku berbicara mengenai tempat yang akan kami tuju. Ya, kami akan pindah rumah. Padahal aku sudah merasa cukup nyaman berada di tempat yang sekarang ini. Begitu tenang dan damai. Banyak kenangan-kenangan indah yang tak bisa kulupakan. Sementara pikiranku melayang bernostalgia tak terasa Bandara sudah dekat. Aku segera mengambil Handphone ku dan mulai menulis SMS perpisahan kepada sahabat-sahabat ku. Terus kuluapkan emosiku dalam SMS itu, hingga tanpa terasa air mata ini mengalir. namun segera aku hapus air mata itu, karena aku tidak ingin menunjukkan kesedihan ku kepada keluargaku. Sungguh berat rasanya meninggalkan semua sahabat yang susah payah kudapatkan.
Hingga akhirnya mobil berhenti di bandara. Aku pun turun dan segera mengemasi barang. Wah, hampir saja lupa. Aku bernama Dion. Umurku 15 Tahun, dan aku akan meneruskan sekolahku ke kelas 10 SMA. Aku baru saja pindah dari sebuah kota di Jawa Tengah ke sebuah kota yang sangat berjauhan dengan kotaku yang dulu, yaitu di Kalimantan Selatan. Aku sebenarnya tidak ingin pindah, namun Ayahku dipindah tugaskan ke kota itu. Mau tidak mau, kami sekeluarga harus pindah semua. Aku terus terdiam, dan memutar kembali memori-memori indah di masa lalu. Terkadang aku bepikir, walaupun aku akan selalu mengingat mereka yang ada disana, apakah mereka akan mengingatku? Akankah mereka mencari pengganti diriku? Aku saat itu benar-benar frustasi. Tanap terasa kami sudah mendarat dan tiba dikta tujuan kami di Kalimantan Selatan.
Aku benar-benar bingung, cemas, serta takut. Bagaimana dengan teman-teman yang akan kutemui nanti? Apakah mereka bisa menerimaku? Apakah aku akan mendapatkan teman? ApPakah budaya disana sama dengan didaerahku? Apakah aku bisa beradaptasi dengan baik? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui ku. Belum lagi dengan sekolah baruku. Apa aku bisa hidup dilingkungan baru ini? Maklum saja, aku bukanlah anak yang pandai bergaul. Aku hanyalah anak culun yang terlihat lemah di hadapan orang lain.
Aku sampai dirumah baruku. Sebenarnya tidak terlalu buruk, walaupun agak kecil, namun aku maklum saja, karena ini adalh rumah dinas. "Dion, angkat barang-baranmu dan taruh dikamar." Ujar ayahku. "Baik yah." Sahutku. Aku mengangkat barang-barangku dari mobil dan segera menyusunnya dikamarku. Hal pertama yang kupikirkan saat itu adalah PANAS! Aku berkeringat luar biasa saat berada dikamar itu. Benar-benar seperti neraka dunia. Aku pun mencoba beristirahat dan menyimpan energiku, karena, waktu libur yang tersisa hanya tinggal satu minggu, dan aku harus mendaftar di Sekolah baruku besok untuk penerimaan Murid Baru. "Jangan lupa besok pagi kita ke SMAN XX untuk mendaftar." Ujar ayahku. Aku mengangguk dan segera tidur karena aku sudah sangat letih. Tak terasa waktu berlalu, tiba saatnya aku harus pergi untuk mendaftar sebagai murid baru. "Semoga aku lulus.." Gumamku dalam hati. Aku memang tidak terlalu pintar disekolahku dulu. Tentu saja aku merasa was-was karena nilai ternyata sangat berpengaruh disekolah ini untuk mendaftar sebagai murid baru.
Tibalah hari pengumuman penerimaan siswa baru, ternyata aku diterima disekolah itu! Bahkan, urutan nilaiku tertinggi ke 17.. Aku heran melihatnya, padahal setahuku aku termasuk orang yang tidak pintar disekolahku dulu. "Hebat juga kamu bisa masuk dengan urutan 17." Ujar ayahku. Aku mengangguk, dengan senyum mengembang. Aku merasa seperti bisa membuktikan kalau aku sebenarnya bukan anak bodoh. "Besok kita beli perlengkapan sekolah, karena hari jum'at kamu kan sudah MOS." Kata ayahku. "Hah?! MOS?!" Ujarku agak terkejut. Sudah terbayang dikelasku betapa mengerikannya MOS yang akan kuhadapi nanti. Aku segera lemas mendengarnya. Rasa cemas langsung menyelubungiku. Apa yang akan terjadi disaat MOS nanti? Pasti aku akan bernasib sial disaat itu. Malamnya, aku tidak bisa tidur memikirkannya.Selalu terbayang-bayang akan kejamnya MOS yang akan kuhadapi nanti..
Next
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar