14  tahun sudah berlalu tragedi yang menghilangkan ratusan nyawa manusia di  Banjarmasin, mungkin masih lekat di ingatan orang-orang banjarmasin  saat itu bagaimana ganasnya kerusuhan dan kebrutalan massa yang entah  datangnya darimana sampai menimbulkan ratusan korban jiwa.
Kerusuhan Banjarmasin Mei 1997  terjadi pada 23 Mei 1997 hari terakhir kampanye Pemilu untuk anggota  legislatif tahun 1997. Di kota yang sangat islami, Banjarmasin,  pendukung PPP merasa ditindas oleh partai penguasa Golkar. Setelah  sholat Jumat, ribuan orang menyerang pendukung Golkar yang akan  berkampanye.
Kekerasan  berdarah ini membunuh beberapa pendukung kampanye Golkar, serta  menyerang berbagai kepentingan usaha di Banjarmasin termasuk Kristen dan  Tionghoa.
Sebuah  gereja HKBP yang terbuat dari kayu dibakar massa, yang letaknya sekitar  300 m dari masjid Noor, mengakibatkan sejumlah rumah pribumi di  belakang gereja HKBP ikut terbakar, bangunan lainnya dirusak seperti  gereja Katedral dan dua gereja Katolik, beberapa sekolah Katolik dan  sebuah rumah panti jompo. Delapan pusat belanja, cabang Bank Lippo,  toko-toko milik tionghoa, serta tujuh gereja lainnya, sebuah vihara  Budha, dua hotel, 21 mobil, 130 rumah, dan 4 gedung milik pemerintah  hancur atau dibakar.
Setidaknya  137 orang terbunuh, terbanyak di lantai dua pusat belanja Mitra Plaza  yang sebelumnya dipenuhi para penjarah yang tidak mau menyerah pada  polisi.
Siapa Yang Tewas di Banjarmasin, Benarkah Semua Perusuh?
Kampanye  di Banjarmasin Kalimantan Selatan rusuh. Berita resmi menyebutkan 123  orang tewas terbakar, semuanya pelaku tindak kriminal. Disinyalir ada  pula yang tertembak. Bagaimana sebenarnya kejadian tersebut?
Inilah kronologis kejadiannya:
Pemilu  tampaknya sudah terlanjur berdarah. Setelah mencatat 127 korban, kini  Pemilu 1997 kembali mencatat angka korban yang terbesar sepanjang  sejarah Orde Baru: 123 orang tergeletak terbakar menjadi arang di  pertokoan Mitra Plaza, Banjarmasin. 
|  | 
| Mitra Plaza Kiri (2009) kanan (1997) | 
Mengapa  peristiwa tragis itu terjadi? Menurut sumber dari Tim Lembaga Bantuan  Hukum Nusantara (LBHN) cabang Banjarmasin yang melakukan investigasi ke  lapangan, kejadian itu bermula dari keinginan massa Golkar untuk  melewati Jalan P. Samudera. Padahal pada saat yang bersamaan, jamaah di  Masjid Noor yang terletak di jalan P. Samudera tersebut, belum selesai  shalat Jumat. Ketika massa yang akan berkampanye itu melintas, jamaah  shalat Jum'at yang luber sampai ke jalan itu masih sedang berdoa.  Sebenarnya Polantas sudah berusaha menghadang massa Beringin. Namun  Satgas Golkar bersikeras untuk melewati jalan itu. Alasan mereka, shalat  Jumatnya tinggal membaca doa.
Usai  shalat Jumat, terjadilah kerusuhan di depan kantor DPD Golkar Kalsel.  Kabar itu segera tersiar dan massa berdatangan tanpa bisa dibendung.  Mereka akhirnya bentrok dengan Satgas Golkar, yang rata-rata berasal  dari organisasi Pemuda Pancasila dan FKPPI. Karena massa terlalu banyak,  Satgas Golkar terpaksa mencari jalan selamat. Tapi akibatnya, ada enam  mobil peserta kampanye Golkar yang dibakar.
Massa terus bertambah dan berjumlah besar. Sekitar pukul 14.00 Wita,  massa bergerak menuju ke arah Gereja Katedral. Mereka mengeluarkan  semua isi gereja, merusak, dan membakar kursi dan meja di tengah jalan.  Menurut informasi, massa datang ke sana karena ada suara yang mengajak  mereka. Tidak diketahui siapa yang memberi komando untuk itu. 
Saat  itu pemadam kebakaran datang dan berjaga-jaga. Tetapi tidak menyemprot  kursi-kursi yang terbakar, karena ancaman massa. Orang banyak itu,  dengan sejumlah senjata tajam seperti mandau atau pedang, clurit, besi,  pentungan kayu, mendekati petugas pemadam kebakaran. Mereka mengalungkan  clurit dan minta untuk tidak memadamkan api. Petugas kebakaran tidak  bisa berbuat apa-apa, dan terpaksa mundur. Petugas keamanan pun tidak  dapat berbuat banyak. 
Pukul 14.45 Wita  massa berputar-putar di perempatan Jalan Lambung Mangkurat, bergerak  kembali menuju Kantor DPD I Golkar. Praktis gerakan itu membuat Satgas  Golkar lari tunggang langgang. Kemudian, massa pelan-pelan menghampiri  Gedung Junjung Buih Plawa yang berlantai delapan. Di gedung itu terdapat  pusat pembelanjaan, Hotel Kalimantan, dan kantor-kantor perbankan  (Lippo Bank). Massa bergerak ke dalam gedung. Beberapa karyawan Bank  Lippo yang sedang berusaha menyelamatkan uang nasabah dikalungi clurit.  Uang yang sedang diselamatkan itu terpaksa diberikan kepada massa. 
Entah  darimana datangnya, kerumunan kian membesar. Mereka datang dengan  senjata tajam. Semua orang yang sudah terlanjur menggunakan atribut  Golkar berlarian menyelamatkan diri. Ada pula diantaranya yang lari ke  rumah penduduk dan meminjam pakaian apa saja atau atribut PPP. Dan  banyak pula yang gagal memperoleh atribut tersebut, sehingga terpaksa  membuang kaos yang dipakainya itu ke tepi jalan. Tak terkecuali  wanitanya. Tak heran kalau ada sejumlah wanita berlarian hanya dengan  mengenakan BH. 
Semua  atribut Golkar dibakar. Bahkan warung-warung kecil, yang menjual  atribut OPP sesuai dengan partai yang berkampanye pada hari itu, turut  dirampas dan "diarangkan". 
Pukul 15.30 Wita  massa kembali bergerak mendatangi gereja HKBP (Huria Kristen Batak  Protestan). Kebetulan gereja itu bersebelahan dengan kantor koran  Banjarmasin Post. Gereja dirusak dan kemudian dibakar. Turut dibakar  juga rumah-rumah di belakang gereja yang tembus ke Barito Place, yang  merupakan pemukiman padat penduduk. Tapi kantor Banjarmasin Post selamat  dari api. Semua toko WNI keturunan Cina dihancurkan. Namun toko-toko  milik orang Banjar asli selamat. Saat itu semua jalan penuh dengan pawai  massa dengan atribut PPP. 
Sementara  di tempat lain yakni di Jalan Veteran dan Jalan Lambung Mangkurat, pada  waktu yang sama, sebanyak enam gereja dan satu tempat ibadat Konghucu  (Klenteng) ikut dihancurkan. Rumah-rumah WNI keturunan Cina juga ikut  dilempari batu. Bahkan ada keluarga yang akan menyelamatkan diri,  setelah mobil penjemput datang, mobil tersebut dihancurkan kacanya.  Terpaksa pemiliknya lari menjauh dari situ.
Juga  ikut "digasak" massa adalah rumah bos klub sepakbola Barito Putra yang  juga calon legislatif dari Golkar. Rumah itu disatroni massa dan  dirusak. Kompleks Pamen ABRI pun ikut rusak -- barangkali karena  penghuninya banyak yang menjadi calon legislatif Golkar. 
Pukul 16.00 Wita,  massa bergerak ke Plaza Arjuna. Perusakan kembali terjadi disitu. Di  kawasan ini toko-toko milik keturunan Cina dirusak semua. Mobil kijang  dibakar. Setelah itu, massa bergerak ke arah pasar swalayan Lima Cahaya.  Juga ada yang bergerak ke arah Banjarmasin Teater, dan beberapa pusat  pertokoan swalayan Sari Kaya, Bank Ekonomi, dan Rental Video. Di Lima  Cahaya dan Sari Kaya, massa menggasak semua isi pasar swalayan itu.  Selama lebih kurang 45 menit, anak-anak dan pemuda berlarian untuk  menyembunyikan hasil jarahan, yang rata-rata berupa pakaian dan alat  elektronik. Setelah isinya habis, gedung tersebut dibakar. Petugas  pemadam kebakaran, yang menggunakan atribut PPP, yang mendekat untuk  memadamkan api, dihalangi oleh massa. 
Praktis,  dua pasar swalayan yakni Lima Cahaya dan Sari Kaya serta Banjarmasin  Teater habis terbakar. Turut juga terbakar sebuah truk. Kemudian massa  yang sangat besar itu kembali bergerak ke gereja HKBP, sehingga pemadam  kebakaran pun sulit untuk mendekat. Tapi akhirnya, pemadam kebakaran  berhasil juga memadamkan api sekitar pukul 20.00. Setelah api dipadamkan  di gereja HKBP, petugas pemadam kembali ke Lima Cahaya, karena saat itu  api di sana berkobar lagi. 
Sekitar pukul 17.00 Wita,  massa bergerak kembali ke arah DPD I Golkar. Tapi tidak langsung ke  sana. Mereka mampir kembali di Jujung Buih Plaza. Genset Jujung Buih  Plaza dibakar dan gedung 8 lantai tersebut akhirnya terbakar. Di sebuah  hotel di gedung itu, Hotel Kalimantan, banyak artis yang mengikuti  kampanye menginap, termasuk jurkamnya. Di hotel tersebut juga menginap  Ketua Umum MUI Pusat KH Hasan Basri yang ikut rombongan kampanye. Disitu  juga ada Gubernur Kalimantan Selatan dan Muspida. Tapi akhirnya mereka  dapat diselamatkan. Namun tidak diketahui apakah di sana juga jatuh  korban. Yang jelas, saat dilakukan penyelamatan banyak yang jatuh  pingsan. Gubernur Kalsel Gusti Hasan Aman sendiri merasa sangat kaget  dan seolah tidak percaya melihat ulah massa yang begitu brutal. 
Karena  massa terus mengamuk, pemadaman pun tidak berlanjut. Yang menyiram air  kemudian lari dari kepungan massa. Banyak tabung gas meledak. Setelah  disiram air, kemudian ditinggal lari menghindari amukan massa. Sejumlah  sepeda motor tidak dapat diselamatkan dan ikut dilalap si jago merah. 
Kemudian, pukul 18.00 Wita,  massa kembali bergerak ke arah kantor DPD I Golkar Kalsel. Di sana,  mobil yang dibakar sebelumnya masih memperlihatkan api. Kemudian giliran  gedung partai berlambang beringin itu yang dibakar. Juga turut terbakar  sejumlah sepeda motor, serta juga sepeda gunung yang akan digunakan  sebagai hadiah undian putaran kampanye Golkar. 
Saat  itu, orang-orang dari berbagai kampungpun mulai gelisah dan mulai  melakukan pengamanan masing-masing. Mereka semua keluar rumah, menjaga  setiap gang dan jalan-jalan masuk. Lengkap dengan senjata tajam, berupa  mandau, samurai, dan clurit. Penjagaan dilakukan semalam suntuk, karena  mereka mendengar isyu yang mengatakan bahwa Golkar akan mengadakan  serangan balasan. 
Pukul 20.30 Wita,  massa beramai-ramai ke arah Supermarket Mitra, yang merupakan pusat  pertokoan terbesar di Banjarmasin. Letaknya di Jalan Sumatra. Di gedung  berlantai empat ini banyak terdapat toko-toko elektronik, komputer,  diskotik, ruang pertemuan, show-room mobil mewah, toko buku Gramedia,  KFC, Bioskop 21, dan sarana hiburan anak-anak. Massa berhasil masuk  dengan menorobos blokade keamanan. Isi gedung dijarah dan dibawa lari.  Gedung itu sendiri telah terbakar sekitar pukul 20.00 Wita, dan api  menyala sampai pukul 09.00 keesokan harinya. 
Massa  terus mengamuk dan mengobrak-abrik isi gedung. Pada saat itu tersiar  khabar bahwa pasukan keamanan diperbolehkan untuk menangkap dan menembak  di tempat. Tapi pasukan keamanan tidak melakukan apa-apa. Akhirnya,  massa yang lengkap dengan berbagai senjata tajam itu terus mengamuk.
Pukul 22.00 Wita,  1000 orang pasukan bantuan datang dengan tiga pesawat hercules. Menurut  laporan LBHN Banjarmasin itu, tidak diketahui dari mana mereka  didatangkan. Pasukan kemudian bergerak mendekati Gedung Mitra Plaza.  Mereka menghalau massa yang masih ada di gedung itu. Senjata menyalak.  Namun pihak LBHN Banjarmasin tidak memperoleh informasi berapa korban  yang jatuh disana. 
Kemudian, sekitar pukul 23.00 Wita,  massa menuju ke arah luar kota. Sasarannya adalah rumah-rumah calon  legislatif Golkar. Karena terbetik khabar massa membawa formulir berisi  Daftar Calon Tetap (DCT) Golkar. Ada empat rumah yang dibakar walau  belum jelas apakah itu rumah caleg Golkar atau bukan. Juga menjadi  sasaran adalah toko-toko Cina sepanjangan jalan, ikut dihancurkan dengan  lemparan batu. Hampir semua toko di sepanjang Jalan A. Yani rusak berat  dan api membumbung tinggi. Saat itu pasukan pun tidak lagi diam. Mereka  mulai mengejar-ngejar massa. 
Yang sangat tragis, sekitar pukul 24.00 Wita,  seorang warga yang keluar rumah untuk melihat keadaan kelihatan  tergeletak tertembak peluru. Meski begitu, masih menurut laporan Tim  LBHN Banjarmasin, suasana di jalan-jalan masih ramai. Banyak orang yang  sudah terlanjur keluar sulit pulang lagi ke rumahnya masing-masing.  Karena jalan-jalan sudah diblokir oleh orang-orang kampung. Yang bukan  warganya tidak diperbolehkan masuk dan melewati jalan tersebut. 
Namun sekitar pukul 01.00 Wita  dini hari (Sabtu, 24 Mei), massa bergerak ke luar kota. Karena semua  jalan sudah diblokir oleh pihak keamanan. Suasana semakin tegang.  Khususnya di pusat kota, semua listrik padam dan baru menyala pukul  09.30 pagi. 
Kemudian pasukan keamanan, sekitar pukul 03.00 Wita,  mengobrak-abrik Kampung Kelayan. Kampung ini merupakan kampung terpadat  dan dikenal banyak preman. Ada 195 orang yang diamankan di kantor  Polresta. Kondisi mereka babak belur dan hampir semua menjadi sulit  untuk dikenali wajahnya. Sekitar pukul 04.00 Wita, masyarakat  perumahan Beruntung Jaya yang semalam suntuk berjaga terus karena ada  isyu akan diserang, bertahan masuk ke rumah, saat ada suara pasukan  datang. Tak jelas berapa orang ditahan dari sana. Pukul 06.00 Wita,  aparat keamanan, lebih kurang 5 truk, datang kampung Teluk Kiram. Di  kampung itu, mereka memburu massa yang diperkirakan ada di kampung  tersebut. Mereka dengan senjata lengkap di tangan berjaga-jaga terus di  jalan-jalan utama. Setiap orang lewat yang kelihatan mencurigakan  digeledah. Bahkan, yang terlihat menggunakan pakaian agak kumuh langsung  dihentikan. Gedung Barito Place, salah satu gedung besar yang selamat  dari amukan massa turut dijaga ketat. 
Berita dari koran lokal
Menurut  koran lokal "Dinamika Berita" edisi Senin (26 Mei), korban yang  ditemukan hingga Minggu malam sebanyak 142 orang. Dan 132 orang  diantaranya terbakar di Mitra Plaza, dua terbakar di Lima Cahaya, dan  dua lainnya meninggal karena luka bacokan. 
|  | 
| Gambar yang dimuat koran lokal | 
Sumber  lain menyebutkan, korban yang 142 orang itu masing-masing 136 mayat  ditemukan di Mitra Plaza, 2 mayat ditemukan di Lima Cahaya, dan dua  lainnya di Sari Kaya. Masih kata sumber tersebut, itu belum termasuk  dengan korban yang terdapat di Kalimantan Hotel dan Pusat perdagangan  Junjung Buih Plaza. Sementara, masih menurut laporan Tim LBHN  Banjarmasin, harian Banjarmasin Post memberitakan 164 orang dinyatakan hilang. 
Sementara  korban yang terdapat di rumah sakit, terdiri dari 69 orang di RSU ULIN,  14 orang di RS Suaka Insan, 21 orang di RS Islam, dan beberapa orang di  RS Dr Soeharsono dan RS Ratu Julaiha.
Disinyalir  juga mereka yang hilang itu ada yang tertembak. Menurut catatan LBHN  Banjarmasin yang dilaporkan ke Komnas HAM itu, pada pagi hari Sabtu di  Jalan Sutoyo terlihat sekitar tujuh korban tewas akibat tembakan. Tapi  masyarakat tidak berani mendekati korban. LBHN Banjarmasin sendiri belum  memperoleh informasi yang tertembak itu sebagai korban apa dan dan  siapa yang melakukan penembakan itu. 
Tapi,  Kapolda Kalimantan Selatan Kolonel (Pol) Drs Sanimbar membantah adanya  korban yang tertembak. "Tidak ada korban kena tembak petugas keamanan  sebagaimana diisukan orang. Ndak ada itu, cuma isu. Korban yang tewas benar-benar terbakar, terkurung api," katanya seperti dikutip Kompas (Rabu, 28/5). 
Menurutnya,  sesuai laporan untuk Mabes Polri, tercatat 123 orang tewas, 121  diantaranya tewas di Mitra Plaza lantai dua. Dan dua lainnya tewas di  Toserba Sari Kaya. Dikatakan Kapolda, 123 orang yang tewas itu sebagian  besar dari kelompok perusuh. Mereka masuk dengan maksud menjarah  barang-barang yang ada di pertokoan itu. 
Kemudian  jumlah yang ditahan dan dinyatakan sebagai kelompok perusuh, lanjut  Kapolda, sebanyak 106 orang. Beberapa diantaranya sudah dipulangkan.  Status mereka, menurut Kapolda, "Masih sebatas diminta keterangan dan  belum berstatus tersangka." 
Artikel  kali ini hanya sekedar untuk mengenang kembali kejadian yang memilukan  di kota banjarmasin, mohon maaf apabila dalam penulisan saya terjadi  kesalahan. Saya mendoakan semoga para korban dan keluarga di beri  kesabaran dan dimuliakan di sisi Tuhan YME. AMIN.
Sumber
Sumber
 
 



 
 
 
 





 
0 komentar:
Posting Komentar